Wednesday, May 21, 2008
soto ceker
Remang-remang malam di sebuah sudut Jalan Gandaria I, Jakarta Selatan selalu saja ramai. Beberapa mobil parkir di dekat sebuah tenda yang diterangi lilin-lilin kecil.
Tenda, temaram lilin, dan soto ceker itulah magnet di Jalan Gandaria I. Tempat ini selalu ramai menjelang Magrib dipadati para pemburu ceker (cakar ayam).
Lewat dari cerita dari mulut ke mulut, warung soto ceker ini kondang ke mana-mana. Sampai sering kali orang rela antri di warung soto ceker ini.
Suasana yang romantis dan soto yang sedap, memang itulah yang dijual Arifin yang sudah 13 tahun berjualan soto ceker. Arifin mafhum, orang-orang Jakarta tak hanya butuh makanan enak tapi juga tempat yang eksotis untuk menyantap makan malam. Maka ia pun mulai serius membenahi warung
sotonya yang sempit. Cahaya lilin adalah ciri khas warung Arifin yang dulu mejadi pedagang soto keliling di daerah itu.
Selain jurus andalannya Arifin adalah dua menu top: yakni soto ceker dan soto ayam. Soto Arifin ini adalah resep rahasia keluarganya. Kuahnya sedikit keruh dan kuning. Harganya soto ceker plus nasi Rp 6.000 dan Rp 8.000 bila nasinya dipisah.
Ceker memang makanan yang tak sepi peminat. Di Solo, ceker menjadi makanan favorit di malam hari. Di Jakarta, banyak warung soto ceker. Selain Arifin di Gandaria juga ada warung soto ceker Dali. Ini adalah warung pamannya. Arifin mendapatkan resep dari pamannya ini.
Arifin biasanya bisa menjual 40 kilogram ceker atau setara dengan 200 porsi. Para pecandu ceker bisa menikmati soto yang rasa kaldunya mantap bin gurih ini.
Dia membuka warungnya dari mulai pukul 17.00 hingga pukul 22.30. Sengaja dipilih buka malam dan memakai cahaya lilin, agar "lebih romantis dan makannya tak terburu-buru," kata Arifin. Hmm... sedapnya menyantap soto ceker sembari menikmati siraman cahaya lilin.
Diambil dari halohalo.co.id
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment